Doktor Ilmu Kedokteran Buktikan Pelatihan Cardiopulmonary Resuscitation (CPR) Berorientasi Pendekatan Ergonomi Total Memperbaiki Indikator Fisiologis, Kognitif dan Produktifitas Penolong
Doktor Ilmu Kedokteran Buktikan Pelatihan Cardiopulmonary Resuscitation (CPR) Berorientasi Pendekatan Ergonomi Total Memperbaiki Indikator Fisiologis, Kognitif dan Produktifitas Penolong
Bertempat di ruang Aula Pascasarjana Lt. III Gedung Pascasarjana Universitas Udayana, Program Studi Doktor Ilmu Kedokteran Fakultas Kedokteran Universitas Udayana menyelenggarakan ujian terbuka Promosi Doktor dengan kandidat promovendus Ns. I Kadek Saputra, S.Kep, M.Erg., dengan judul “Implementasi Hasil Latihan Cardiopulmonary Resuscitation (CPR) Berorientasi Pendekatan Ergonomi Total Mengoptimalkan Respon Fisiologis, Kognitif dan Produktifitas pada Mahasiswa Keperawatan di Universitas Udayana."(30/7/2025)
Cardio pulmonary resuscitation (CPR) merupakan tindakan penyelamatan nyawa yang dilakukan pada kasus cardiac arrest atau henti jantung dengan memberikan penekanan pada dinding dada untuk membantu sirkulasi darah dan menginisiasi denyut nadi spontan. Untuk melakukan CPR berkualitas tinggi (high quality CPR) dibutuhkan upaya dari penolong dalam memberikan kompresi dada dengan frekuensi, kedalaman, interupsi sesuai rekomendasi. Respons fisiologis penolong secara signifikan dapat menyebabkan stres fisik, stres mental, kelelahan, dan berisiko tinggi menyebabkan gangguan muskuloskeletal. Tenaga kesehatan telah dilatih untuk menguasai keterampilan teknis melakukan CPR tetapi sangat minim pembahasan terkait dengan kemampuan fisik dan mental serta risiko yang muncul pada penolong setelah melakukan CPR. Perlu dilakukan upaya dan pendekatan yang komprehensif dalam mempersiapkan kemampuan fisik dan kapasitas psikologis untuk mengoptimalkan respons fisiologis, respons kognitif dan produktivitas penolong. Tenaga kesehatan dalam melakukan CPR mengikuti panduan teknis yang disusun berdasarkan evidence untuk memandu penolong melakukan prosedur CPR berkualitas guna mencapai outcome yang optimal. Tetapi dalam praktek di lapangan, panduan teknis tersebut sering tidak dapat dilakukan karena faktor penolong seperti kelelahan, kurangnya pengetahuan dan pelatihan, keterbatasan sumber daya, keterbatasan waktu, dukungan organisasi dan faktor lingkungan.
Gerakan tubuh dan aktivitas otot saat melakukan kompresi meningkatkan beban kardiovaskuler yang ditunjukan oleh peningkatan denyut nadi dan perubahan gambaran elektrokardiografi (EKG). Beberapa penelitian menujukkan denyut nadi rata-rata penolong antara 132 – 148 x/menit yang meningkat secara signifikan pada menit pertama CPR. Peningkatan denyut nadi secara mendadak akibat latihan fisik yang berlebihan berakibat buruk pada sistem kardiovaskuler dan merupakan salah satu faktor terjadinya sudden cardiac death dan acute myocardiac infark. Keluhan muskuloskeletal muncul akibat aktivitas otot yang berlebihan selama prosedur CPR. Akifitas otot spinal mencapai puncak pada menit kedua dan menurun setelah 5 menit. Ditinjau dari biomekanika CPR, posisi dan sikap saat melaksanakan CPR cenderung kurang ergonomi dan termasuk dalam kategori berisiko tinggi mengalami sehingga perlu segera dilakukan perbaikan posisi. Kelelahan merupakan respons fisiologis yang dirasakan selama dan setelah CPR. Kelelahan mulai dirasakan pada menit kedua dan terus meningkat seiring bertambahnya waktu CPR. Setelah CPR dihentikan, kerja sistem kardiorespirasi berangsur menurun sampai mencapai batas normal. Denyut nadi akan kembali lebih cepat pada individu yang mengikuti program latihan. Program pelatihan terkait CPR (Latihan CPR ) memegang peranan penting dalam penguasaan kompetensi CPR. Program pelatihan yang dilaksanakan saat ini lebih banyak berfokus pada teknis CPR untuk mencapai CPR berkualitas dan berfokus pada outcome pasien. Faktor-faktor yang terkait dengan penolong seperti keluhan muskuloskeletal, kelelahan, modifikasi teknis untuk memudahkan penolong, kekuatan fisik, kebugaran faktor penolong lainnya jarang dibahas dalam pelatihan.
Berbagai upaya dapat dilakukan ditinjau dari aspek penolong, prosedur dan lingkungan yang berkaitan dengan CPR. Tetapi alternatif solusi tersebut bersifat parsial dan belum terintegrasi sesuai dengan kompleksitas faktor yang memengaruhi keberhasilan CPR. Perlu pendekatan yang bersifat komprehensif, melihat berbagai faktor yang memengaruhi dan melibatkan partisipasi stakeholder yang terlibat dalam CPR. Ergonomi total dapat diimplementasikan sebagai pendekatan untuk mengatasi masalah yang berkaitan dengan prosedur CPR. Ergonomi total menekankan pada cara berfikir dalam memecahkan masalah secara systemics, holistics, interdiciplinary dan partisipatory (SHIP) dengan penerapan teknologi tepat guna (TTG). Lokakarya yang telah dilaksanakan berhasil mengidentifikasi beberapa permasalahan, menentukan tujuan dan merumuskan serta memprioritaskan rencana aksi. Masalah yang teridentifikasi antara lain; terkait program pembelajaran dan pelatihan, terkait kesiapan fisik penolong, terkait pelaksanaan, terkait keluhan setelah melakukan CPR. Terdapat enam rencana aksi berhasil dirumuskan dan diprioritaskan yaitu: kegiatan pelatihan, manajemen nyeri dan kelelahan saat CPR, modifikasi prosedur pelaksanaan agar lebih ergonomis, manajemen nyeri dan kelelahan setelah CPR, peningkatan kebugaran dan kekuatan otot penolong, dan dukungan psikologi. Dengan memperhatikan delapan aspek ergonomi dan mempertimbangkan kesiapan teknologi tepat guna, disusun paket model pelaksanaan dalam bentuk program pelatihan CPR terintegrasi dengan pendekatan ergonomi total.
Dari beberapa masalah yang teridentifikasi, peneliti membatasi masalah dalam penelitian ini hanya terkait respons fisiologis (beban kardiovaskuler, kelelahan, keluhan muskuloskeletal, waktu pemulihan), respons kognitif, dan produktivitas penolong serta masalah program pelatihan yang belum memfasilitasi berbagai aspek kesiapan penolong seperti kapasitas kognitif (pengetahuan dan keterampilan), kapasitas fisik dan kapasitas sosial penolong. Prosedur CPR dilakukan pada maneken pada dengan penolong adalah peserta pelatihan pada mahasiswa keperawatan.
Tujuan penelitian ini adalah untuk membuktikan bahwa pendekatan ergonomi total dapat diimplementasikan dan memberikan manfaat dalam peningkatan kapasitas penolong saat melakukan prosedur CPR. Tujuan tersebut diuraikan menjadi beberapa tujuan khusus yaitu; membuktikan hasil latihan CPR berorientasi ergonomi total memperbaiki respons fisiologis berupa penurunan beban kerja kardiovaskuler, penurunan respons kelelahan, penurunan keluhan muskuloskeletal, percepatan waktu pemulihan, memperbaiki respons kognitif berupa peningkatan ketelitian, dan meningkatkan produktivitas kerja pada mahasiswa keperawatan.
Desain yang digunakan adalah quasi experiment dengan menggunakan rancangan randomized pre and post test group design (treatment by subject design). Intervensi yang diberikan adalah program edukasi, program latihan penguatan sistem kardiorespirasi, latihan penguatan otot dan manajemen setelah latihan. Responsden mengikuti program latihan empat kali seminggu selama dua minggu dengan durasi 90 menit. Penelitian dilakukan di Laboratorium Keperawatan Program Studi Keperawatan dan Pendidikan Profesi Ners Fakultas Kedokteran Universitas Udayana yang beralamat di Jalan PB Sudirman Denpasar. Kegiatan pengumpulan data penelitian dilakukan pada bulan Januari 2025 – Februari 2025. Responden yang berpartisipasi sebanyak 24 yang diambil dengan teknik simple random sampling. Data diolah dengan uji normalitas Shapiro-Wilk dan uji beda 2 kelompok berpasangan dependent t test dan uji Wilcoxon signed-rank test dengan tingkat kepercayaan 95%. Penelitian telah mendapat persetujuan etik (ethical clearance) dari Komisi Etik Penelitian FK UNUD.
Hasil penelitian menggambarkan rentang umur responden adalah 18-20 tahun dengan peserta terbanyak (58,3%) berusia 19 tahun. Peserta mayoritas berjenis kelamin wanita (83,3%) dan saat ini mengikuti pendidikan di Program Studi Sarjana Keperawatan dan Profesi Ners tahun pertama dan tahun kedua (58,3%). Semua data variabel penelitian menunjukkan perbaikan setelah intervensi antara lain; terjadi penurunan rata rata denyut nadi sebesar 14,5% dari 145x/menit menjadi 124x/menit dan rata rata nilai cardio vascular load menurun 37,3% dari 62,4% menjadi 38,9%., skor kelelahan menurun 67,56% dari skor 38,79 menjadi 12,58, keluhan muskuloskeletal menurun 73,2% dari skor 27,83 menjadi 7,46, waktu pemulihan lebih 46,5% cepat dari 23,67 menit menjadi 12,67, skor ketelitian meningkat 45,5% dengan skor kesalahan 10,33 menjadi 5,63, produktivitas meningkat 35,2% dari skor 0,54 menjadi 0,73 dan jumlah total kompresi dalam 10 menit CPR meningkat 13,8% dari 769 kali menjadi 892 kali. Hasil analisis inferensi menunjukkan perbedaan yang sangat signifikan pada semua variabel dengan nilai p=0,001.
Perbaikan pada semua indikator fisiologis, kognitif dan produktifitas terbukti disebabkan oleh faktor latihan CPR berorientasi ergonomi total. Program latihan yang dilakukan memperbaiki faktor pengetahuan dan keterampilan penolong melalui program edukasi, peningkatan kebugaran dan penguatan otot yang berperan dalam CPR melalui program pelatihan fisik, dan adanya dukungan sosial dari tim CPR. Pendekatan ergonomi total yang melekat dalam proses penelitian (Built-in) ini, meperhatikan delapan aspek ergonomi dalam memetakan masalah dan mengatasi masalah yaitu faktor gizi dan kalori, sikap tubuh, pemanfaatan tenaga otot, kondisi lingkungan, kondisi waktu, kondisi sosial, kondisi informasi dan interaksi manusia&mesin. Faktor ini secara bersama-sama dan saling memengaruhi perbaikan beban kardiovaskuler, keluhan muskuloskeletal, kelalahn, waktu pemulihan, ketelitian dan produktifitas penolong.
Dapat disimpulkan bahwa pelatihan CPR berorientasi ergonomi total dapat memperbaiki indikator fisiologi, kognitif dan produktifitas penolong. Sehinggal novelty yang dihasilkan adalah sebuah modul dan model pelatihan berorientasi ergonomi total yang dapat diimplementasikan di berbagai tatanan yang berkaitan dengan kesiapan penolong dalam melakukan prosedur CPR seperti institusi pelayanan kesehatan (rumah sakit/puskesmas), institusi penyelenggara pertolongan kegawatdarauratan dan evakuasi (tim SAR, pemadam kebakaran, balawista), institusi pendidikan kesehatan dan lembaga pelatihan. Modul ini dapat dijadikan acuan sesuai dengan kurikulum dan situasi pembelajaran mulai dalam pengembangan materi pelatihan, aktivitas dan evaluasi pelatihan.
Ujian ini dipimpin oleh Dekan FK Unud, Prof. Dr. dr. Komang Januartha Putra Pinatih, M.Kes., dengan tim penguji :
1. Prof. Dr. dr. I Putu Gede Adiatmika, M.Kes (Promotor)
2. Prof. Dr. dr. I Made Jawi, M.Kes (Kopromotor I)
3. Dr.dr. I Made Muliarta, S.Ked., M.Kes (Kopromotor II)
4. Prof. Dr. Drs. I Made Sutajaya, M.Kes
5. Prof. dr.I Made Ady Wirawan, S.Ked, MPH., Ph.D., Sp.KKLP
6. Prof. Dr.dr.Susy Purnawati, MKK
7. Dr.dr. Luh Putu Ratna Sundari, M.Biomed
8. Dr. dr. Dyah Kanya Wati, Sp.A(K)
9. Dr. dr. I Putu Adiartha Griadhi, M.Fis., AIFO., S.Ked
10. Dr. dr. Dewa Ayu Agus Sri Laksemi, M.Sc
Dengan undangan akademik :
1. Dr. I Wayan Suardana, S.Kep., Ns.M.Kep
2. dr. Agus Eka Darwinata, S.Ked., Ph.D
3. Dr. Ns. Ni Ketut Guru Prapti, S.Kep., MNS
4. Dr. Ns. Putu Oka Yuli Nurhesti, S.Kep., M.M., M.Kep.
5. Dr. Ns. Ni Luh Putu Inca Buntari Agustini, S.Kep., MNS
Pada ujian kali ini, Dr. Ns. I Kadek Saputra, S.Kep, M.Erg., dinyatakan lulus sebagai Doktor Lulusan ke-467 Program Studi Doktor Ilmu Kedokteran Fakultas Kedokteran Universitas Udayana dengan predikat Sangat Memuaskan.
UNIVERSITAS UDAYANA