Pelatihan Literasi Digital Mengenai Hoax melalui Program Sekolah Kebangsaan Tular Nalar 3.0

Pelatihan Literasi Digital Mengenai Hoax melalui Program Sekolah Kebangsaan Tular Nalar 3.0


Indonesian Youth Council for Tactical Changes (IYCTC) bekerja sama dengan Ikatan Senat Mahasiswa Kesehatan Masyarakat Indonesia (ISMKMI) Daerah Bali dan Program Studi Sarjana Kesehatan Masyarakat Fakultas Kedokteran Universitas Udayana (PSSKM FK Unud), Sabtu, 21 September 2024, mengadakan kelas sekolah kebangsaan Tular Nalar 3.0, sebuah pelatihan literasi digital yang diinisiasi oleh Masyarakat Anti Fitnah Indonesia (MAFINDO) bersama Love Frankie dan didukung oleh Google.org. Acara ini bertempat di Gedung Timur Fakultas Kedokteran Universitas Udayana dan dihadiri oleh sekitar 87 pemuda Kota Denpasar berusia 18-24 tahun.


Tular Nalar merupakan program pembelajaran yang bertujuan untuk membantu masyarakat mengenali hoax melalui literasi media dan pemikiran kritis. Program ini kini telah berkembang menjadi Tular Nalar 3.0, yang berfokus pada menjangkau anak muda calon pemilih pemula atau yang dikenal sebagai 'First Time Voters' melalui 500 kelas yang tersebar di 38 provinsi. Tahun ini, termasuk Kota Denpasar sebagai kota ketiga setelah Kota Jambi dan Kota Medan pada bulan Juli dan Agustus lalu. Program ini berlangsung sebelum pemilu, baik Pemilihan Presiden pada Februari 2024 maupun Pilkada pada November 2024.


Ni Made Shellasih, Program Manager IYCTC, menyatakan bahwa tahun ini IYCTC berkesempatan menjadi salah satu kolaborator Mafindo dalam pelaksanaan Tular Nalar 3.0. “Sebagai wadah yang menghimpun koalisi kaum muda, sekolah kebangsaan ini sangat mendukung tujuan kami untuk mengajak generasi muda berpartisipasi secara inklusif dan signifikan, serta membekali mereka dengan kemampuan berpikir kritis sebagai pemilih pemula, terutama menjelang Pilkada 2024," ujar Ni Made. 


IYCTC telah berhadapan dengan berbagai hoaks berbahaya terkait isu kesehatan, termasuk informasi menyimpang mengenai rokok. “Sebagai salah satu best practice yang telah dilakukan untuk melawan hoaks dalam isu pengendalian konsumsi rokok, kami menyebarkan informasi tentang mitos dan fakta melalui situs web pilihantanpabeban.id serta akun media sosial kami, sehingga masyarakat dapat memahami kebenaran tentang bahaya rokok demi melindungi lingkungan sekitar, kini dan nanti,” tambah Ni Made.


Oleh sebab itu, acara ini sangat sejalan dengan visi-misi IYCTC, bekerja sama dengan ISMKMI daerah Bali, memberikan kesempatan bagi anggota IYCTC untuk meningkatkan kemampuan termasuk dalam penginderaan hoaks sampai memverifikasi informasi serta menghadapi tantangan era digital. Mereka juga diberikan pemahaman untuk tools periksa fakta itu sendiri.


Adib Zaki Prasetya, Koordinator WIlayah 3 ISMKMI, yang juga menjadi salah satu pelaksana kegiatan turut memberikan penjelasan lengkap terkait teknis kegiatan hari ini. “Sebagai fasilitator, kami telah mengikuti serangkaian pelatihan dan menerima modul materi yang disusun secara komprehensif, yang kemudian kami distribusikan kepada peserta. Peserta dibagi menjadi 10 kelompok, di mana setiap kelompok didampingi oleh seorang fasilitator yang berperan aktif dalam memfasilitasi diskusi. Metode pembelajaran yang kami gunakan bersifat interaktif, sehingga memudahkan peserta dalam memahami materi tentang cara mencegah penyebaran hoaks, terutama yang terkait dengan Pilkada tahun ini. Selain itu, untuk mengukur efektivitas program, kami juga melaksanakan pre-test dan post-test guna mengevaluasi peningkatan pemahaman para peserta sebelum dan sesudah pelatihan,” jelas Adib


“Di era digital seperti sekarang, menjelang Pilkada 2024, penyebaran hoaks dan misinformasi semakin marak. Melalui Sekolah Kebangsaan Tular Nalar 3.0, diharapkan para peserta mampu meningkatkan kemampuan berpikir kritis dalam memilah informasi, sehingga dapat berperan aktif dalam menangkal misinformasi. Program ini tidak berhenti sampai di sini; kami akan terus memberikan pendampingan kepada para peserta dalam beberapa bulan ke depan untuk memastikan mereka tetap konsisten menjadi agen literasi digital yang tangguh,” tutup Ni Made Shellasih.